Monday 16 October 2017

Cerpen Psychopath [Psychological] Keren Sadis

Heathens

            Ada orang yang membuka dirinya dengan dunia ini, dan ada juga orang yang mengurung diri di dunianya sendiri, dunia yang hanya mereka sendirilah yang tahu detailnya. Namun aku merasa kalau dunia yang kuciptakan dalam kehidupanku ini sedikit berbeda.

             Pada siang hari, aku bekerja di sebuah pabrik. Upah yang kuterima memang tak banyak, namun karena hidup seorang diri, uang itu bisa dibilang lebih dari cukup. Jika ada waktu senggang di siang hari, kuhabiskan waktu dengan menulis cerita atau pun artikel, atau sekedar membaca tulisan-tulisan di internet.

            Malamnya, lebih tepaatnya pukul 2 malam. Aku keluar dari rumah kecilku, menuju pinggiran kota, namun letaknya tak terlalu jauh. Sekedar berkunjung ke pabrik tua bekas yang sudah tak beroprasi lagi, untuk menengok orang yang selalu bisa menghiburku, dengan memberinya luka. Aku mengikatnya di ruang bawah tanah berukuran 3x3 meter. Walau terkadang  dia menjerit kencang, hanya sedikit orang yang mendengarkan, dan walau pun mereka dengar, mereka hanya akan berasumsi kalau itu suara hantu atau sejenisnya.

            Pendarahan di kemaluannya masih belum kering. Kalau tak salah aku baru membuat luka itu beberapa hari yang lalu. Sebenarnya aku tak terlalu suka melakukan hal ini kepada lelaki paruh baya sepertinya, namun daripada tidak ada sama sekali, jadi tak masalah. Dia seorang perantau dari desa yang cukup jauh, datang untuk menemui anaknya yang sudah mati. Keluarganya terbilang tak mampu. Selain itu dia juga tak memiliki kenalan disini. Sederhananya, dia mati pun tak akan ada yang peduli.

            Terkadang aku memberinya serangga untuk makanan, atau air dari sungai untuk minum. Sesekali aku juga membawa pisauku untuk  menguliti sebagian kecil tubuhnya dan kubuat aksesoris. Aku tidak pernah keberatan dengan hal yang aku lakukan ini. Semua orang memiliki duanya masing-masing. Selain itu kau mencari uang, cinta, dan sejenisnya untuk kesenangan, ‘kan? Lalu jika aku bisa mendapatkan kesenangan tanpa itu semua hanya dengan hal ini, apa masalahnya? Sensasi ketika berkelahi atau membuat orang kesakitan, itu sudah cukup menggelikan dan membuatku tertawa.

            Seperti yang sudah aku bilang sebelumnya, aku tidak masalah dengan kehidupan yang aku jalani ini, sampai pada suatu malam, aku kedatangan mimpi yang aneh. Dimimpiku aku berada di sekitar lingkungan rumah, kemudian melangkah menuju pesisir kota, lebih tepatnya ke tempat ini, namun di tengah perjalanan ada orang yang membisikkan suatu hal. Katanya aku akan mati tanggal 23 Januari. Hal itu tentu sangat membuatku terkejut, namun rasa terkejut itu sirna ketika aku sadar kalau ini baru tanggal 1 januari. Ketika terbangun, aku kembali tertidur nyenyak.

            Sekarang saat melakukan kebiasaanku dengan pisau, gunting, dan sejenisnya, tiba-tiba saja mimpi itu kembali terlintas. Bisikan dimimpiku terdengar jelas dan suaranya terasa tidak asing lagi. Sejenak aku berpikir suara siapa itu, dan tak butuh waktu lama bagi diriku untuk menyadari suara siapa itu, itu suara yang sama dengan suara yang membisikkan hal-hal aneh kepadaku ketika masih kecil dan hidup dengan dua iblis yang mereka sebut orang tua. Sesekali suara iyu masih terdengar, namun sudah cukup lama aku tidak mendengarnya. Mungkin orang-orang akan berkata kalau itu adalah bisikan setan atau sejenisnya, namun aku bukanlah type orang yang percaya dengan hal semacam itu.

            Namun ingatan mengenai masa kecilku kembali bangkit. Aku baru ingat kalau dulu aku pernah melihat setan atau sejenisnya. Bahkan wujudnya masih teringat sangat jelas. Dia memiliki wajah merah terang dengan bola mata bulat berwarna hijau cerah. Rambutnya keriting panjang hitam. Dia memiliki dua tanduk merah. Dan pakaiannya seperti hantu pada umumnya, namun berwarna merah. Ketika itu dia sedang hendak mencekik ibuku dengan jari tangannya yang berhias kuku hitam panjang, namun lengannya terhenti ketika ia sadar kalau aku sedang melihatnya. Saat itu pun aku tak bisa bergetak atau pun berbicara. Sesaat setelah dia melihatku, dia menghilang, tak jadi mencekik ibu, padahal aku sangat berharap kalau dia akan melakukannya.

            Baiklah, jadi hantu itu ada dan aku pernah melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, lalu kenapa aku menjadi seorang atteis.

            Memori masa laluku kembali berputar, dan akhirnya senyum tipis terlukis di bibirku ketika ingatan menjijikan itu kembali teringat. Teringat saat ayah dan ibu bertengkar dan aku hanya bisa diam dibalik kursi sambil menangis, waktu itu aku masihlah sebuah sampah yang tak berguna. Aku juga ingat ketika ayah memukuliku atau ketika ia melakukan pelecehan atau bahkan ketika saudaranya mempermainkanku.

Kutepuk jidatku sendiri. Hidupku ini memang sangat menjijikan. Dialah yang telah memasukkanku pada keluarga menjijikkan itu. Dialah yang sudah mengirimiku penderitaan walau aku masihlah seorang anak yang polos. Dialah yang memberi cat merah pada kehidupan ini.


Pada akhirnya aku kembali berpegang teguh pada pendirian sebelumnya. “Tuhan itu tidak ada, dan meskipun Dia ada, Dia benar-benar sialan,” gumamku pelan. “Benarkan? Ayah?” kutatap lekat pria tua itu.

No comments:

Post a Comment

Viral Wisuda Madrasah

   Viral Joget Tiktok di Wisuda Madrasah